Selasa, 01 Februari 2022

BERKREASI TARI DARI KARYA SENI BENTUK LAIN

 Menentukan Tema dan Judul dalam Karya Tari

Dalam sebuah karya tari, tema merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui, karena tema merupakan dasar atau alasan mengapa karya tersebut ada. Tema berkaitan dengan makna, fungsi dan latar belakang ide garap sebuah karya, dorongan atau motivasi yang melatarbelakangi seniman membuat karya, atau alasan sosial budaya masyarakat tertentu yang mendorong lahirnya sebuah karya.Secara umum terdapat dua jenis tema dalam tari , yaitu tema literal dan non literal.Tema literal dalam suatu karya tari adalah susunan tari yang digarap dengan tujuan untuk menyampaikan pesan-pesan seperti cerita, dongeng, legenda, cerita rakyat, sejarah, dan  sebagainya  (Widyastutieningrum; 2014). Tema tema literal terdapat pada beberapa karya dramatari misalnya dramatari Lutung Kasarung dari Jawa Barat. Dramatari Lutung Kasarung terinspirasi dari cerita rakyat Jawa Barat. Contoh lain adalah tari Lenggang Nyai dari Betawi yang berangkat dari cerita Nyai Dasimah. Tari Ngremo dari Jawa Timur merupakan karya tari yang terinspirasi dari sejarah dan semangat kepahlawanan.

Tema nonliteral adalah susunan tari yang semata-mata diolah berdasarkan penjelajahan dan penggarapan keindahan unsur-unsur gerak yaitu ruang, waktu, dan tenaga (Rochyati; 2019). Jadi tari nonliteral ini biasanya terdapat pada tari-tarian yang sifatnya hiburan saja sehingga tidak ada pesan khusus yang ingin disampaikan dari sang koreografer. Tema tari nonliteral banyak sekali ditampilkan saat ini pada genre tari modern yang ditampilkan di panggung hiburan pada acara-acara komersil seperti di program televisi. Tari bertema nonliteral menitikberatkan pada estetika bentuk gerak, musik dan elemen lainnya, dengan tujuan keindahan bentuk semata. Gerak tari nonliteral juga nampak dilakukan pada tari tarian di aplikasi Tik-tok yang banyak dilakukan generasi muda zaman sekarang.

Menurut La Meri (1986), dalam upaya membuat karya tari yang menarik, terdapat lima tes tema yang dapat dilakukan yaitu

1.    Nilai budaya yang terungkap

Sebuah karya tari sebaiknya dapat memvisualisasikan budaya yang melatarbelakangi penciptaan tari. Latar belakang budaya tari yang jelas, dapat memudahkan seseorang dalam mengembangkan desain gerak, kostum dan elemen tari lainnya. Sebagai contoh jika seorang koreografer akan membuat karya tari nontradisi, misalnya mengembangkan tari dari daerah Nusa Tenggara. Maka, ciri khas gerak, pola kain, tata rias atau elemen tari lainnya dari tari Nusa Tenggara dapat dipilih untuk menjadi identitas, sehingga penonton mudah mengenali.

2.    Dapatkah tema itu ditarikan

Tema harus dapat ditarikan artinya memungkinkan dalam segi pembuatan gerak setiap adegan dan elemen tari lainnya. Tidak semua ide dan tema dapat ditarikan. Karya tari terikat dengan aturan waktu dan ruang pertunjukan serta kapasitas penari dalam melakukan gerak tari. Contoh tema yang tidak dapat ditarikan misalnya tarian dengan tema-tema yang sensitif yang menyinggung perbedaan SARA, tema yang dapat menimbulkan kesalahpahaman antar masyarakat, umat beragama, tema yang mengandung ujaran kebencian terhadap sesorang atau suatu kelompok masyarakat. Contoh tema lainnya yang sebaiknya dihindari adalah tema tari yang bersifat filosofis. Tema tari yang sangat filosofis akan lebih baik jika diungkapkan melalui tulisan atau kata karena biasanya sulit diungkapkan melalui bahasa gerak tubuh.

3.    Efek sesaat dari tema itu kepada penonton.

Efek sesaat yang dimaksud adalah penonton harus merasa terpukau dan tertarik. Efek sesaat sebaiknya menjadi pertimbangan dalam memilih tema tari. Tema seharusnya juga sesuai dengan segmentasi penonton sehingga tema mudah dipahami.

4.    Perlengkapan teknik tari dari penata tari untuk penarinya

Perlengkapan teknik tari, meliputi teknik gerak, tata busana dan kostum sebaiknya mendukung tema tari dan penampilan penari. Contoh tari dengan genre tertentu, misalnya breakdance haruslah ditarikan oleh penari yang mampu melakukan gerak-gerak breakdance seperti flooring, jumping dan lain sebagainya. Pakaiannya juga haruslah pakaian yang menunjang gerakan breakdance dengan nyaman, misalnya celana training yang leluasa dengan bahan yang tidak mudah sobek, alas kaki atau sepatu harus dengan solnya tidak licin dan nyaman. Hal tersebut berlaku pula untuk genre tari lainnya, misalnya tari tradisional Jawa, sebaiknya dilakukan oleh penari yang mampu menguasai teknik tari Jawa. Tema yang menyajikan tari Balet, maka penari sebaiknya memiliki dasar menari Balet dengan sepatu Baletnya. Semua perlengkapan harus dipertimbangkan dalam menyajikan karya tari, jangan sampai tema tari yang diinginkan menjadi tidak tercapai.

5.    Fasilitas-fasilitas  yang   dibutuhkan   untuk   pertunjukan   seperti

property, sound system, lampu pertunjukan dan lain-lain

            Tema tari yang baik adalah tema tari yang dapat disesuaikan dengan properti cahaya. Tema tari yang terlalu sulit akan berpengaruh     pula pada penggunaan properti dan pendukung pertunjukan lainnya.


Rangsang Visual Dalam Membuat Karya Tari

Dalam membuat karya tari, koreografer harus memiliki ide atau gagasan awal. Ide atau gagasan dapat timbul melalui adanya sebuah rangsang. Konsep dasar dari rangsang menurut Jacqueline Smith (Suharto: 1985) didefinisikan sebagai sesuatu yang membangkitkan fikir, atau semangat, atau mendorong kegiatan. Artinya bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh penata tari dalam berkarya hanya muncul pada saat ada dorongan atau rangsang tersebut. Rangsang yang biasanya menjadi awal dari lahirnya sebuah karya tari adalah rangsang visual dan audio.

Rangsang visual dalam membuat karya tari adalah segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh panca indera penglihat, atau mata. Contohnya mengamati alam sekitar, benda-benda atau fenomena sosial. Rangsang visual dari mengamati alam sekitar dapat mendorong koreografer untuk menciptakan tema tari tentang flora dan fauna. Rangsang visual terhadap suatu benda dapat menginspirasi koreografer untuk  menentukan properti tari. Contohnya payung untuk properti Tari Payung, atau lilin untuk properti Tari Lilin.

Rangsang visual dapat juga menginspirasi desain gerak tari dan tempo gerak tari, misalnya saat koreografer bermain ke kebun binatang kemudian mengamati perilaku satwa, akhirnya merangsang koreografer tersebut untuk membuat desain gerak meniru tingkah laku binatang seperti melompat- lompat pada gerak tari bertema satwa kijang, atau desain gerak terbang pada tari bertema burung.

Rangsang visual juga dapat menjadi inspirasi dalam membuat pola lantai, misalnya mengamati peristiwa kerusuhan, dapat menginspirasi koreografer untuk membuat pola lantai menyebar atau tidak beraturan. Saat melihat bebek yang sedang berjalan teratur menginspirasi koreogreafer untuk membuat tarian dengan tema bebek dan pola lantai yang juga teratur atau sejajar.

Rangsang visual dalam membuat karya tari dapat juga berasal dari karya seni lain misalnya mengamati teater atau film. Telah banyak pertunjukan tari yang terinpirasi dari film atau teater. Misalnya drama musikal Laskar Pelangi yang pernah di gelar pada 17 Desember 2010 sampai 9 Januari 2011 di Taman Ismail Marzuki, drama musikal ini terinspirasi dari novel terkenal karya Andrea Hirata tahun 2005. Dalam drama musikal tersebut terdapat beberapa adegan yang diisi oleh adegan tokoh-tokoh yang menari bersama. Contoh lain, membuat sebuah karya tari dapat juga terinspirasi dari tayangan yang sering ditonton misalnya film India, drama korea atau tontotan lainnya.

Rangsang visual bentuk lain dapat juga terinspirasi dari karya lukisan atau patung hasil karya seniman rupa. Misalnya saat koreografer mengamati relief candi Borobudur dapat menginspirasi untuk membuat karya tari berdasarkan cerita yang tergambar pada relief candi tersebut.


Rangsang Audio Dalam Membuat Karya Tari     

Rangsang musik atau rangsang audio adalah rangsang membuat karya berdasarkan segala sesuatu yang dapat ditangkap melalui pancaindera pendengaran. Seperti yang telah dijelaskan pada unit 1 dan 2, musik berkaitan dengan tempo, intensitas suara dan jenis suara. Rangsang musik pada tari dapat berupa iringan dari alat musik, karya-karya musik berupa rekaman atau lagu. Selain itu rangsang musik juga dapat diperoleh dari suara atau bunyi dari lingkungan sekitar, seperti suara hewan, suara deburan ombak di laut, bunyi kicau burung, suara manusia yang sedang berbicara, tertawa atau menangis, suara kendaraan atau suara-suara yang mengingatkan kita pada sebuah fenomena sosial.

Rangsang audio berkaitan juga dengan proses terciptanya desain gerak, misalnya suara tangisan dapat memberi rangsang untuk membuat desain gerak yang sempit dengan tempo yang lambat, gerakan ini terinspirasi dari kondisi penuh kesedihan atas rangsang audio berupa tangisan yang didengar koreografer.

Rangsang audio dengan musik tradisi daerah tertentu dapat menjadi inspirasi bagi koreografer untuk membuat karya tari dengan ragam gerak sesuai musik daerah tersebut. Misalnya saat mendengar lagu dari India kita akan secara tidak sadar untuk menirukan gerak tari khas India. Ketika kita mendengar musik RnB koreografer akan terinspirasi untuk membuat gerak- gerak hiphop. Di Indonesia banyak seniman tari yang berkarya berdasarkan bentuk seni lain seperti seni musik. Salah satu contohnya adalah lagu Genjring Party karya grup Krakatau, Musik Genjring Party yang dinamis terdiri dari perpaduan musik modern dan tradisonal, telah berhasil menginspirasi banyak seniman tari di Indonesia untuk membuat karya tari kreasi baru berdasarkan karya musik Genjring Party. Contoh lainnya, lagu berjudul Lathi yang populer di petengahan tahun 2020. Musik karya Weird Jenius yang dinyanyikan oleh Sara Fajira juga telah menjadi inspirasi bagi para koreografer dan penata rias di Indonesia untuk membuat berbagai karya tari maupun tata rias sesuai dengan penafsiran masing-masing seniman.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TUGAS MANAJEMEN PRODUKSI PERTUNJUKAN

Buatlah Pamflet tentang Pagelaran Tari yang didalamnya mencakup : 1. Tema Pagelaran 2. Kelompok yang akan tampil 3. Waktu dan Tempat pelaksa...