Senin, 14 Oktober 2019

Perkembangan Seni Budaya Nusantara


PERKEMBANGAN SENI BUDAYA NUSANTARA

A.     PERKEMBANGAN SENI RUPA NUSANTARA

Dunia seni rupa muncul dan berkembang seiring perjalanan hidup manusia yaitu sejak zaman batu, zaman klasik, dan zaman indonesia baru.
1.      Zaman Batu
Sejak zaman batu, manusia mulai memahami mengenai seni rupa dengan diketemukannya beberapa peninggalan karya seni rupa.
a.   Zaman Batu Tua (Paleolithikum)
Pada hakikatnya manusia praaksara di zaman dahulu sebenarnya mulai memahami senu rupa.yaitu dipertemukannya lukisan kuno digua leang leang (sulawesi selatan)berupa objek lukisan di gua berupa telapak tangan dan tubuh manusia.
Manusia praaksara juga sudah mulai menciptakan karya seni yang memiliki fungsi pakai,yang bisa membantu dalam kehidupannya seperti membuat kapak genggam.benda berupa kapak genggam ditemukan dipacitan (jawa timur),Parigi(Sulawesi),gombong(Jawa Tengah),Sukabumi(Jawa Barat). Selama n itu juga banyak ditemukan alat alat dari batu,selanjutnya ditemukan pula flakes dan peraltan dari tulang (bone culture) diwilayah papua diketemukan lukisan berupa binatang dari cipratan darah yang dicampur dengan lemak.

b.   Zaman Batu Tengah (Mezolithikum)
Pada zaman ini, sudah mulai menunjukan perkembangannya. Bisa dibuktikan dengan ditemukannya ujung panah, flakes, batu penggiling, pipisan, kapak batu dan alat alat dari tanduk rusa. Nenek moyang manusia yang hidup pada zaman ini diperkirakan sudah mulai menetap. Bisa dibuktikan dengan adanya penemuan tumpukan kulit kerang setinggi 7m dipantai timur sumatera dan juga sudah ditemukan pecahan tembikar dari tanah liat.

c.   Zaman Batu Muda (Neolithikum)
Pada zaman ini nenek moyang kita sudah tinggal memetap serta mulai bercocok tanam. Pada periode ini seni rupa mulai berkembang dibuktikan dengan ditemukannya kapak lonjong dan persegi. Kapak persegi itu ditemukan di Lahat, Bogor, Sukabumi, Karawang, Pacitan, Tasikmalaya dan Lereng Gunung Ijen sedangkan kapak lonjong ditemukan diPapua, Minahasa, Serawak, dan Kepulauan Tanimbar. Selain itu ddizaman ini seni rupa selangkah lebih maju dengan diketemukan tembikar dari tanah liat yang sudah diberi motiv hiasan yang bersifat magis, perhiasan cincin, kalung, gelang dari batu dan pakaian dari kulit kayu.

d.   Zaman Batu Besar (Megalithikum)
Dizaman ini sudah mulai dibangun monumen monumen batu sebagai upacara keaagamaan yang memiliki nilai seni. Unsur seni dizaman megalithikum, diantaranya sbb:
1)  Dolmen sejenis meja dari batu berukuran besar yang fungsinya untuk meletakkan sesaji diatasnya dan juga sebagai tanda bahwa dibawahnya ada kuburannya.
2)  Menhir Berupa sebuah bangunan yang menyerupai tubuh sebagai tanda bersemayamnya roh roh dan kekuatan ghaib, menurut kepercayaan kuno.
3)   Kuburan batu atau sarcophagus Sejenis peti dari batu untuk menyimpan orang mati
4)     punden berundak Berupa sebuah batu yang disusun berundak menyerupai candi dan arca batu

2.      Zaman Logam
Merupakan zaman mengalami peningkatan dalam bidang karya seni karena manusia sudah mulai bisa menciptakan berbagai benda dari bahan logam. Pada zaman ini ditandai masuknya kebudayaan Indo-China ke Indonesia sekitar 500 SM. Peninggalan pada zaman ini berupa kapak perunggu, genderang perunggu, benda hias dari perunggu.

3.      Zaman Klasik
Candi Prambanan merupakan peninggalan seni rupa pada zaman klasik. Zaman klasik merupakan periode kerajaan-kerajaan di Nusantara, dimana zaman tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu masa Hindu-Budha dan masa perkembangan Islam. Pada masa kerajaan Hindu-Budha seni rupa Nusantara berkembang pesat hal tersebut dapat dibuktikan dari peninggalan candi-candi diwilayah Nusantara, seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Singasari, Candi Mendut, keraton ratu boko, dan candi-candi lainnya. Sedangkan pada masa kerajaan islam banyak meninggalkan seni bangunan seperti masjid dan makam, bangunan, keraton, kaligrafi, dan ragam hias berdirikan has islam.

4.      Zaman Indonesia Baru
PadaPada periode ini seni rupa Nusantara mulai dipengaruhi oleh budaya barat, karena masa ini negeri kita dijajah oleh kolonialisme barat, kolonialisme Jepang sampai masa kemerdekaan. Pada zaman Indonesia baru, seni rupa diklasifikasikan sebagai berikut.
a.      Masa Perintisan Terdapat lukisan perkelahian dengan singa. Lukisan tersebut yang melukis Raden Saleh. Karya raden Saleh banyak sekali antara lain sebagai berikut:
Ø  Antara hidup dan mati
Ø  Penangkapan Diponegoro
Ø  Perkelahian dengan binatang buas
Ø  Perburuan
Ø  Hutan terbakar
Ø  Banjir
Ø  Harimau dan mangsanya
Ø  Merapi yang meletus

b.      Masa Mooy Indie
Sepeningggal Raden Saleh di Indonesia mengalami kekosongan disebut masa mooyindie. Lalu bermunculan muncul pelukis-pelukis ternama, Abdullah Suryohusodo disekolahkan ke luar negeri keturunan bangsawan Solo, Abdulloh Suryohusodo disekolahkan ke luar negeri, yaitu di akademi Kesenian di Eropa kemudian setelah pulang ke tanah air mulai mengembangkan lukisannya di Indonesia denagan gaya yang berbeda. Gaya Abdulloh Suryosubroto menekankan keelokan dan keindahan alam di Indonesia. Pada perkembangan selanjutnya pada masa ini muncul pelukis-pelukis terkenal lainnya adalah Wakidi, Pirngadi, Basuki Abdulloh, dan Wahdi.

c.      Masa Cita Indonesia
Perbedaan karya lukisan antara S.Soedjojono dengan Abdulloh Suryosubroto terletak pada karyanya. Dimana keindahan yang dibuat oleh Abdulloh Suryosubroto tidak sesuai dengan kenyataan bangsa Indonesia yang melarat dan menderita, pekukis S. Sudjoyono kemudian mempelipori lukisan yang bertolak belakang dengan Mooy Indie yang sesuai dengan penderitaan bangsa Indonesia pada masa penjajahan. Kemudian mendirikan perkumpulan ahli gambar Indonesia (PERSAGI) yang anggotanya Agus Jayasuminta, I.Sutioso, Rameli, Abdul Salam, Otto Jaya, S.Sudiarjo, dan lainnya karya S.Sudjoyono di antaranya sebagai berikut.
Ø  Di Depan Kelambu Terbuka
Ø  Sayang Saya Bukan Anjing
Ø  Jongkatan
Ø  Cap Go Meh
Ø  Mainan Anak Anak Sunter
Ø  Bunga Kamboja dan Nyekar

d.      Masa Pendudukan Jepang
Pada masa penjajahan Jepang pelukis yang bermunculan kebanyakan dari golongan rakyat biasa seperti Affandi, Kartono Yudhokusumo, Nyoman Ngedon, Hendra Gunawan, dan Henk Ngantung.

e.      Masa Kemerdekaan
Kemerdekaan adalah masa bergeloranya bangsa Indonesia. Uforia kemerdekaan juga menggelora dalam darah seni rupa tanah air. Pada masa kemerdekaan, Affandi mendirikan perkumpulan Seniman Indonesia Muda disingkat SIM. Anggotanya Affandi, Hendra Gunawan, Suromo, Surono, Abdul Salam, Sudibyo, dan Trisno Sumarjo, para seniman tersebut menciptakan banyak karya seni berupa lukisan yang sangat menarik dan indah. Pada perkembangan selanjutnya setelah keluar dari perkumpulan Seniman Indonesia Muda, Affandi dan Hendra Gunawan mendirikan Peloekis Rakyat.

f.       Masa seni rupa baru
Pada masa ini, para pelukis sudah berani menampilkan corak baru dalam penggarapannya. Para seniman muda baru mulai berusaha menciptakan karya seni rupa  yang baru Yanga tidak tergantung pada suatu media tertentu , dan sudah menggunakan berbagai media untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda. Penerapan konsep-konsep yang tabu sudah di terapkan dalam lukisannya.

B.     PERKEMBANGAN SENI MUSIK NUSANTARA
Seni musik di negeri kita itu sudah ada sejak zaman prasejarah jadi bukan hanya di zaman modern saja. Pada pembahasan kali ini anda akan mempelajari mengenai perkembangan seni musik Nusantara sejak awal kemunculannya sampai saat ini. Berikut pemaparanya :
1.   Zaman Prasejarah
Kalau perkembangan seni musik di Nusantara itu ternyata diawali sejak zaman prasejarah (sebelum abad 1 Masehi), yaitu kira-kira 2500 sebelum Masehi dan abad ke-1 Masehi. Pada masa tersebut telah ditemukan berbagai perkembangan kesenian dan kebudayaan termasuk musik sampai saat ini. Perkembangan musik Nusantara masa prasejarah tersebut bisa kita lihat dari dua arus imigrasi besar pada masa tersebut, yang dipaparkan berikut ini.

a.   Imigrasi Pra-Melayu
Gelombang imigrasi Pra-Melayu ini terjadi antara tahun 2500 dan 1500 sebelum Masehi yaitu terjadi perpindahan bangsa dari Asia Tengah ke Asia Tenggara. Imigran masa Melayu tersebut membawa keahlian dan berbagai unsur dari Kaukasus dan Mongolia. Diantaranya mereka membawa kesenian kebudayaan bambu serta teknik pengolahan ladang. Para imigran Pra-Melayu tersebut ketika berada di Annam atau Tiongkok Selatan mulai memperkenalkan semacam lagu pantun, yang dipraktikkan oleh remaja putra dan putri dengan bernyanyi secara sahut menyahut. Saat itu juga sudah mengenal alat tiup bernama Khen. Alat musik prasejarah khen ini terdiri dari 6 batang bambu, cara membunyikannya dengan ditiup bersama dalam kelompok 3 nada. Alat musik khen ini ternyata juga sudah dikenal di wilayah Cina Sheng jika di Nusantara disebut dengan alat musik kledi. Pada perkembangan selanjutnya bermunculan berbagai alat musik dari bambu seperti suling, angklung, dan sebagainya. Jika di wilayah Asia tenggara juga muncul alat musik xylofon . Xylofon ini di berbagai negara namanya berbeda beda, disebut/dinamai sebagai tatung di wilayah Annam, rangnatdi negara Kamboja, ranatdi negara Thailand, pattalardi negara Burma, gambangdi pulau Jawa, kolintang di Sulawesi dan Kalimantan. Xylofon ini kemudian diproduksi lalu diekspor dari Asia Tenggara ke Afrika sekitar abad ke 5 Masehi, sehingga tersebar di seluruh dunia.

b.   Imigrasi Proto-Melayu
Perkembangan Seni Musik juga dapat kita lihat pada imigrasi Proto-Melayu pada zaman perunggu yaitu sekitar abad ke-4 sebelum Masehi. Gelombang imigrasi zaman perunggu ke Nusantara oleh bangsa Proto-Melayu ini terjadi pada zaman perunggu, sehingga kedatangan mereka mempengaruhi perkembangan seni musik. Masa tersebut alat musik dibuat dari bahan logam. Diperkirakan bahwa saat itu telah diciptakan alat musik gong, karena berdasarkan penelitian para ahli di kawasan Asia Selatan di ketemukan alat musik gong dari perunggu yaitu didekat Annam, pada tahun 1930-an. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari wilayah Annam inilah kesenian dan budaya perunggu tersebar ke seluruhkawasanAsia Tenggara.

2.   Zaman Hindu-Buddha abad ke 4-12 Masehi
Nusantara yang sekarang bernama Indonesia, negara kita ini dahulunya setelah masa prasejarah kemudian berganti dengan masa Hindu-Buddha. Karena akibat perdagangan. Para pedagang dari India, Arab, Tiongkok membawa kebudayaan mereka ke Nusantara. Sehingga terjadilah akulturasi budaya. Berdasarkan hasil penelitian para ahli ditemukan bahwa agama Buddha masuk ke pulau Indonesia, di wilayahSumatera pada awal abad ke-7 Masehi. Sedangkan dalam kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Syailendra sekitar tahun 750-850 Masehi. Seni budaya India yang disebarkan pedagang serta kaum brahman tersebut membawa pengaruh semangat sangat besar bagi seni dan budaya di Nusantara. Pada masa penyebaran Hindu-Buddha tersebut di wilayah Jawa berkembang berupa seni musik dan tari, arsitektur dan seni rupa, pada masa itu juga dibangun candi Borobudur dan candi Prambanan

Pada masa tersebut muncul tangga nada slendro yang diciptakan oleh seniman pada masa dinasti Syailendra pada abad ke-8 Masehi. Dalam nada slendro ini satu oktaf dibagi dalam interval yang sama (6/5 dari sekon besar) . Pada masa Hindu-Buddha ini seni musik dan budaya Nusantara sangat dipengaruhi oleh drama Hindu dalam bahasa sansekerta Ramayana. Berdasarkan dokumen penelitian ternyata waktu orang Hindu datang ke Jawa mereka telah menemukan bermacam macam alat musik hasil seni imigrasi bangsa Pra-Melayu dan Proto-Melayu.

3.   Masa Islam
Setelah kemunduran kerajaan kerajaan Hindu-Buddha kerajaan Islam Nusantara justru berkembang pesat, begitu juga dalam bidang seni budayanya. Perkembangan musik masa Islam diawali sejak kerajaan Demak berdiri pada tahun 1500-1546. Bersamaan masuknya agama Islam masuk pula alat musik Arab seperti rebana, rebab, dan gambus.
Cara penyebutan atau nama alat musik akulturasi Islam ini berbeda- beda di daerah seluruh Nusantara. Cara bermainnya juga agak berbeda. Jika diwilayah Jawa, Bali, Sulawesi Selatan, Sumba disebut rebab. Sedangkan di daerah Sumba rebab ini disebut Dunggak roro karakteristinya memakai dua dawai. Kemudian di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Utara, dan Maluku hanya memakai satu dawai. Berbeda lagi dengan di Aceh yang memakai tiga dawai. Sedangkan untuk penyebutan nama alat musik rebana berbeda - beda ada yang menyebut dengan nama terbang, trebang, robana, rabana. Seiring perkembangan musik Islami dari masa ke masa muncul musik gambus. Jenis musik gambus ini merupakan perpaduan antara alat musik gitar/mandolin, biola, akordeon, gendang, seruling, bass.

4.   Masa Kolonialisme
Nusantara ketika masuk dalam zaman penjajahan atau kolonialisme seni musik mengalami perkembangan. Karena saat itu kaum kolonialisme seperti bangsa Portugis dan Spanyol yang datang awal ke Nusantara mulai memperkenalkan berbagai alat musik dari negeri mereka seperti biola, selo (cello), gitar, seruling (flute), dan ukulele. Kaum kolonialisme ini ketika di tanah air memperkenalkan sistem solmisasi dalam berbagai karya lagu. Sehingga masa itu walaupun negeri kita dijajah dan menderita namun dalam bidang seni musik mengalami perkembangan pesat. Sehingga waktu itu disebut sebagai masa masa perkembangan musik modern Indonesia. Kemudian, para musisi Nusantara masa penjajahan mulai menciptakan sajian musik yang merupakan perpaduan musik Barat dan musik Indonesia sajian musik itu dikenal sebagai musik keroncong.

5.   Masa Kini
Setelah Indonesia merdeka sering perkembangan teknologi musik Nusantara semakin berkembang sangat pesat. Banyak aliran musik luar negeri baik Asia dan Eropa masuk ke tanah air, seperti populer, jazz, blues, rock, dan R&B dan yang terbaru ini adalah K-POP Korea. Kalau negeri India musik bersamaan film menyatu sehingga banyak masyarakat Indonesia menonton film India juga menikmati musik serta lagunya.

Untuk kemajuan bidang seni musik Nusantara maka pemerintah mendirikan institusi seni seperti Sekolah Musik Indonesia (kemudian AMI,sekarang ISI), Yayasan Pendidikan Musik (YMI) di Jakarta (terutama untuk piano), B.I.Guru Musik (kemudian IKIP, sekarang UP) di Yogyakarta, Malang, Bandung, dan Jakarta.

C.     PERKEMBANGAN SENI TARI NUSANTARA
Seni tari telah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak jaman prasejarah. Bahkan jauh sebelum masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia tarian telah dilakukan oleh masyarakat prasejarah.

1.   Masa Prasejarah/Zaman Primitif
Zaman prasejarah adalah zaman sebelum sebelum masyarakat di Indonesia mengenal tulisan. Pada masa ini penduduk nusantara telah mengenal aliran kepercayaan animisme dan dinamisme. Seni gerak berirama yang kerap dilakukan dalam berbagai acara oleh masyarakat prasejarah juga dikenal sebagai upacara magis guna berdoa dalam pengharapan. Adapun berbagai tarian yang disinyalir dikenal oleh masyarakat prasejarah adalah sebagai berikut Tari hujan, Tari kesuburan, Tari kebangkitan, Tari perburuan, Tari perang, Tari eksorsisme, Tari Bailita, Tari Dayang Modan, Tari Hudog suku Dayak.

2.   Masa Hindu-Budha
Pada masa sejarah tepatnya setelah masuk dan berkembangnya agama Hindu dan Budha perkembangan tari di Indonesia juga mengalami peningkatan. Selain digunakan sebagai metode pemujaan biasanya tarian pada masa Hindu-Budha juga kerap disajikan dalam mengajarkan nilai-nilai kehidupan dalam bermasyarakat. Adapun contoh tarian pada masa kebudayaan Hindu-Budha antara lain sebagai berikut Tari Topeng Panji, Tari Candra Kirana, Tari Handoyo, Tari Raton, Tari Klano, Tari Denowo, Tari Tembem, Tari Pentul, Tari Wayang Wong, Sendratari Ramayana, Sendratari Mahabharata. Beberapa contoh di atas merupakan hasil kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia yang hingga kini masih terjaga kelestarian nya.

3.   Masa Islam
Pada masa masuk dan berkembangnya islam di nusantara perkembangan seni tari di Indonesia memang sedikit banyak mengalami perubahan meskipun tidak secara signifikan. Selain hal tersebut di atas, pada masa islam kostum dan busana yang dikenakan oleh penari perlahan dimodifikasi agar lebih tertutup dan meminimalisir tampaknya aurat para penarinya. Sebagian lagi syair dan musik pengiring ada pula yang diganti lebih islami. Adapun contoh tarian pada masa perkemangan islam di Indonesia ialah Tari Saman dan Tari Zapin. Kedua tari tersebut merupakan jenis tarian yang mengalami beberapa perubahan dalam pertunjukan nya seperti alat musik pengiring yang diganti dengan alat musik khas Persia seperti rebana. Syair yang terdapat dalam lagu pengiring juga ada yang dikolaborasikan menggunakan syair dalam bahasa arab.

4.   Masa Penjajahan
Ketika Nusantara di masa feodal atau masa penjajahan kaum kolonialisme, perkembangan seni tari pada masa ini ditandai dengan bermunculan para pakar tari. Para ahli seni tari tersebut diantaranya Curt Sach, Soedarsono, Corry Hamstrong, La Mery dll. Pada masa penjajahan ini seni tari yang diciptakan oleh bangsawan keraton seperti berikut : Tari Bedhaya, Tari Serimpi, Tari Beksan, Tari Wiring, Dramatari (sendratari). Masa penjajahan tarian yang muncul kebanyakan bertemakan kepahlawanan / heroik antara lain : Tari Pejuang, Tari Bandayuda, Tari Prawiroguna, Tari Keprajuritan.

5.   Masa Modern
Setelah mengalami kevakuman pada masa penjajahan dunia seni Indonesia khususnya seni tari kembali cerah pada masa kemerdekaan. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya seniman tari bermunculan untuk unjuk diri. Kreatifitas-kreatifitas tak terbatas membuat jenis kesenian yang mengutamakan gerak tubuh ini berkembang cukup cepat.
Pada masa kemerdekaan seni tari tak lagi sekedar ditampilkan sebagai ritual adat dan keagamaan semata melainkan keberadaannya telah meluas sebagai hiburan masyarakat dalam berbagai acara baik acara formal maupun non formal. Modifikasi tari klasik yang dikenal dari masa prasejarah kemudian menciptakan inovasi baru yang kini akrab disebut sebagai seni tari modern atau gaya baru. Demikian alur pasang surut seni tari dari masa prasejarah hingga sekarang. Semoga catatan singkat ini dapat bermanfaat dalam belajar seni dan budaya Indonesia dan dapat dijadikan sebagai referensi baik dalam membuat tugas, makalah, artikel, dan lain sebagainya. Jangan lupa komentar dan tanggapan kamu di kotak komentar pada akhir halaman perkembangan seni tari di Indonesia ini.

D.     PERKEMBANGAN SENI TEATER NUSANTARA

1.   Teater tradisional
Perkembangan seni teater tradisional Nusantara sudah dimulai sejak sebelum masa perkembangan hindu. Ketika itu sudah mulai ada tanda-tanda penciptaan seni teater tradisional yang fungsinya sebagai pendukung upacara ritual teater tradisional diciptakan pada dasarnya sebagai bagian dari upacara adat istiadat dalam tatacara kehidupan masyarakat di nusantara.
Beberapa teater tradisional Nusantara yang tercipta, diantaranya wayang kulit, wayang wong, ludruk, lenong, randai, drama gong, arja, ubrug, ketoprak, dan sebagainya. Salah satu teater tradisional adalah arja yang ada danasih diperankan dipulau Dewata Bali.

2.   Teater transisi (Modern)
Teater transisi merupakan sebutan bagi periode, dimana pada saat teater tradisional mengalami penurunan akibat adanya pengaruh budaya lain. Perubahan dari teater transisi dengan teater tradisional terletak pada cerita yang sudah mulai di tulis, namun saat itu wujud ceritanya masih sangat ringkas outline story(cerita peradegan). Mengenai cara penyajiannya mulai berubah, yaitu memakai panggung dan dekorasi. Ada pun dalam teater transisi sudah di perhitungkan mengenai beberapa teknik yang bisa memperindah dan menarik pertunjukan teaternya. Ciri masa atau periode transisi mulai mengambil unsur unsur pertunjukan dari teater barat dan diabdosi dalam teater Nusantara.

3.   Teater Indonesia tahun 1920-an
Teater di Indonesia sekitar tahun 1920-an disebut dengan angkatan pujangga baru. Teater pada masa angkatan pujangga baru kelebihannya cukup penting jika dilihat dari sudut kesastraan sumbangsih angkatan pujangga baru yaitu drama drama sudah ditulis sebagai ungkapan ketertekanan akibat penindasan pemerintahan Belanda. Pada masa angkatan pujangga baru, berbentuk sastra drama sudah memakai bahasa kebangsaan, yaitu bahasa Indonesia sedangkan cara penyusunannya model dialog antar tokoh dan berbentuk sajak. Penulis lakon lainnya pada masa pujangga baru adalah sanusipane, hasil karyanya berjudul Kertajaya pada tahun 1932 dan Sandyakalaning Majapahit ditulis pada tahun 1933. Lakon lakon tersebut ditulis untuk menyemangati perjuangan para pejuang masyarakat Indonesia dalam melawan penjajah serta kritikan bagi kekejaman penjajahan.

4.   Teater Indonesia tahun 1940-an
Teater Indonesia tahun 1940an adalah saat masa penjajahan Jepang pada waktu itu semua unsur kesenian dan kebudayaan dipakai untuk mendukung pemerintahan Jepang. Pada situasi penjajahan jepang, dua orang tokoh yaitu Anjar Asmara, dan Kamajaya, memiliki gagasan supaya didirikan pusat kesenian Indonesia. Tujuannya adalah menciptakan pembaharuan kesenian yang selaras dengan perkembangan jaman. Unsur tersebut disetujui oleh bung Karno dan kaum nasionalis, tepatnya pada tanggal 6 Oktober 1942. Dirumah bungkarno dibentuklah badan pusat kesenian Indonesia. Pendirian badan perusahaan kesenian Indonesia bermaksud menciptakan kesenian Indonesia baru, diantaranya dengan jalan memperbaiki dan menyesuaikan kesenian daerah menuju kesenian Indonesia baru.
Pada masa penjajahan Jepang segala bentuk seni hiburan yang berbau Belanda dihapus dari Indonesia disebabkan pemerintah penjajahan Jepang Anti budaya barat rombongan sandiwara saat itu kebingungan karena akan dihapus Jepang dan dilarang keliling. Kemudian merubah cerita dengan mementaskan cerita dalam bahasa Indonesia , Jawa, maupun Sunda. Akhirnya Jepang kalah dalam perang dunia 2, disaat menjelang akhir pendudukan Jepang tersebut muncul rombongan sandiwara yang melahirkan karya sastra yang berarti, yaitu Penggemar Maya(1944) pimpinan Usmar Ismail, dan D.Djajakusuma. jadi intinya teater tidak sebagai hiburan sematamata tetapi sebagai ekspresi kebudayaan siswa kesadaran nasional dengan cita cita kemerdekaan republik indonesia.

5.   Teater Indonesia tahun 1950-an
Masa ini adalah masa setelah roklamasi kemerdekaan republik indonesia, masa ini tokoh teater merefleksikan perjuangan dalam teater dengan membentuk cerita bertemakan kemerdekaan, kekecewaan, penderitaan, keberanian, dan nilai kemanusiaan, penghianatan, kemunafikan, kepahlawanan tindakan pengecut, keikhlasan, pengorbanan,dll.
Pada masa ini untuk memajukan seni teater tanah air maka didirikan Akademi Teater Nasional Indonesia(ATNI) Tepatnya pada tahun 1955 tokoh pendirinya adalah Usmar Ismail dan Asrul sani. ATNI berusaha mewujudkan teater dengan mementaskan lakon lakon terjemahan dari barat, contohnya dari karya Moilere, Gogol, chekof.

6.   Teater Indonesia tahun 1970-an
Perkembangan teater tahun 70-an ditandai dengan didirikannya pusat kesenian Taman Ismail Marzuki oleh Gubernur DKI Jakarta yaitu Ali Sadikin. Berdasarkan catatan sejarah perkembangan teater. Pusat kesenian Taman Ismail Marzuki telah berhasil menerbitkan 67 judul lakon. Lakon tersebut ditulis oleh 17 pengarang drama teater.
Tokoh teater yang muncul tahun 1970an diantaranya D.Djajakusuma, Wahyu Sihombing, Pramana Padmodarmaya (teater lembaga) , Ikranegara (teater saja) , Danarto (teater tanpa penonton), Adi Kurdi (teater hitam putih) , Arifin C.Noor (teater kecil) , Putu Wijaya (teater mandiri), N. Riantiarno (teater koma) ,dan Teguh Karya.

7.   Teater Indonesia tahun 1980 - 1990-an.
Pada masa tahun 1980 - 1990-an kondisi politik tanah air mencekam akibat peristiwa Malari  1974. Sehingga pemerintah membuat kebijakan supaya dewan-dewan mahasiswa ditiadakan,kegiatan teater kampus dilarang.Dalam kondisi tersebut kelompok teater tetap muncul namun dalam bentyk festival teater,di beberapa daerah Nusantara,diantaranya sebagai berikut Festival Teater di Jakarta dan Festival Drama Lima Kota di Surabaya.

Pada masa itu juga lahir kelompok teater baru,diantaranya sebagai berikut :
a)    Kelompok Teater di Kota Yogyakarta. Di kota gudeg Yogyakarta,pada masa tahun 1980-1990-an muncul beberapa teater,antara lain sebagai berikut:
1.      Teater Dynasti
2.      Teater Jeprik
3.      Teater Tikar
4.      Teater Shima
5.      Teater Gandrik
b)    Kelompok Teater di Kota Solo ( Surakarta ) Masa itu di Solo juga ada Teater Gidag-gidig.
c)     Kelompok Teater di Kota Bandung. Di kota Bandung muncul Teater Bel, Teater Republik, dan Teater Payung Hitam.
d)     Kelompok Teater di Kota Tegal Di Tegal lahir Teater RSPD.
e)    Kelompok Teater di Kota Surabaya. kota Surabaya juga muncul beberapa teater, diantaranya Teater Pavita,Teater Ragil,Teater Api,Teater Rajawali,Teater Insmarang.
f)     Di Semarang juga muncul Teater Lingkar.
g)    Kelompok teater di kota Medan & Palembang. Di Medan muncul Teater Que dan di Palembang muncul Teater Potlot. Di era tahun 80-an dan 90-an aktifitas teater berkembang di universitas atau perguruan tinggi.Teater kampus yang terkenal diantaranya: Teater Gajah Mada dari Universitas Gajah Mada ( UGM ) Yogyakarta. Jurusan teater juga mulai di buka di Institud Seni Indonesia ( ISI ) Yogyakarta pada tahun 1985. ISI menjadi satu-satunya perguruan tinggi seni yang memiliki program Strata 1 untuk bidang seni teater pada saat itu.

8.   Teater Kontemporer Indonesia
Sejak munculnya eskponen 70 dalam dunia seni teater. Mulailah seni teater kontemporer Indonesia. Eksponen 70 ini adalah cara berekspresi teater dengan gaya khas masing-masing tidak dibatasi kreasinya. Lalu para seniman teater beraliran kontemporer terus berkreasi sejak tahun 80-an sampai saat ini.  Seni teater lainnya berkembang seperti seni teater konvesional, yang tidak akan mati tetapi teater eksperimental terus tumbuh. Dunia pentas teater semakin kaya jenisnya dan atraktif.


Referensi

1 komentar:

TUGAS MANAJEMEN PRODUKSI PERTUNJUKAN

Buatlah Pamflet tentang Pagelaran Tari yang didalamnya mencakup : 1. Tema Pagelaran 2. Kelompok yang akan tampil 3. Waktu dan Tempat pelaksa...