PERKEMBANGAN SENI BUDAYA NUSANTARA
A. PERKEMBANGAN
SENI RUPA NUSANTARA
Dunia seni rupa muncul dan berkembang
seiring perjalanan hidup manusia yaitu sejak zaman batu, zaman klasik, dan
zaman indonesia baru.
1.
Zaman
Batu
Sejak zaman
batu, manusia mulai memahami mengenai seni rupa dengan diketemukannya beberapa
peninggalan karya seni rupa.
a.
Zaman
Batu Tua (Paleolithikum)
Pada hakikatnya manusia praaksara di
zaman dahulu sebenarnya mulai memahami senu rupa.yaitu dipertemukannya lukisan
kuno digua leang leang (sulawesi selatan)berupa objek lukisan di gua berupa telapak
tangan dan tubuh manusia.
Manusia praaksara juga sudah mulai
menciptakan karya seni yang memiliki fungsi pakai,yang bisa membantu dalam
kehidupannya seperti membuat kapak genggam.benda berupa kapak genggam ditemukan
dipacitan (jawa timur),Parigi(Sulawesi),gombong(Jawa Tengah),Sukabumi(Jawa
Barat). Selama n itu juga banyak ditemukan alat alat dari batu,selanjutnya
ditemukan pula flakes dan peraltan dari tulang (bone culture) diwilayah papua
diketemukan lukisan berupa binatang dari cipratan darah yang dicampur dengan
lemak.
b.
Zaman
Batu Tengah (Mezolithikum)
Pada zaman ini, sudah mulai menunjukan
perkembangannya. Bisa dibuktikan dengan ditemukannya ujung panah, flakes, batu
penggiling, pipisan, kapak batu dan alat alat dari tanduk rusa. Nenek moyang
manusia yang hidup pada zaman ini diperkirakan sudah mulai menetap. Bisa
dibuktikan dengan adanya penemuan tumpukan kulit kerang setinggi 7m dipantai
timur sumatera dan juga sudah ditemukan pecahan tembikar dari tanah liat.
c.
Zaman
Batu Muda (Neolithikum)
Pada zaman ini nenek moyang kita sudah
tinggal memetap serta mulai bercocok tanam. Pada periode ini seni rupa mulai
berkembang dibuktikan dengan ditemukannya kapak lonjong dan persegi. Kapak
persegi itu ditemukan di Lahat, Bogor, Sukabumi, Karawang, Pacitan, Tasikmalaya
dan Lereng Gunung Ijen sedangkan kapak lonjong ditemukan diPapua, Minahasa,
Serawak, dan Kepulauan Tanimbar. Selain itu ddizaman ini seni rupa selangkah
lebih maju dengan diketemukan tembikar dari tanah liat yang sudah diberi motiv
hiasan yang bersifat magis, perhiasan cincin, kalung, gelang dari batu dan
pakaian dari kulit kayu.
d.
Zaman
Batu Besar (Megalithikum)
Dizaman ini sudah mulai dibangun
monumen monumen batu sebagai upacara keaagamaan yang memiliki nilai seni. Unsur
seni dizaman megalithikum, diantaranya sbb:
1) Dolmen
sejenis meja dari batu berukuran besar yang fungsinya untuk meletakkan sesaji
diatasnya dan juga sebagai tanda bahwa dibawahnya ada kuburannya.
2) Menhir
Berupa sebuah bangunan yang menyerupai tubuh sebagai tanda bersemayamnya roh
roh dan kekuatan ghaib, menurut kepercayaan kuno.
3) Kuburan
batu atau sarcophagus Sejenis peti dari batu untuk menyimpan orang mati
4)
punden
berundak Berupa sebuah batu yang disusun berundak menyerupai candi dan arca
batu
2.
Zaman
Logam
Merupakan
zaman mengalami peningkatan dalam bidang karya seni karena manusia sudah mulai
bisa menciptakan berbagai benda dari bahan logam. Pada zaman ini ditandai
masuknya kebudayaan Indo-China ke Indonesia sekitar 500 SM. Peninggalan pada
zaman ini berupa kapak perunggu, genderang perunggu, benda hias dari perunggu.
3.
Zaman
Klasik
Candi
Prambanan merupakan peninggalan seni rupa pada zaman klasik. Zaman klasik
merupakan periode kerajaan-kerajaan di Nusantara, dimana zaman tersebut
dikelompokkan menjadi dua, yaitu masa Hindu-Budha dan masa perkembangan Islam.
Pada masa kerajaan Hindu-Budha seni rupa Nusantara berkembang pesat hal
tersebut dapat dibuktikan dari peninggalan candi-candi diwilayah Nusantara,
seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Singasari, Candi
Mendut, keraton ratu boko, dan candi-candi lainnya. Sedangkan pada masa
kerajaan islam banyak meninggalkan seni bangunan seperti masjid dan makam,
bangunan, keraton, kaligrafi, dan ragam hias berdirikan has islam.
4.
Zaman
Indonesia Baru
PadaPada
periode ini seni rupa Nusantara mulai dipengaruhi oleh budaya barat, karena
masa ini negeri kita dijajah oleh kolonialisme barat, kolonialisme Jepang
sampai masa kemerdekaan. Pada zaman Indonesia baru, seni rupa diklasifikasikan
sebagai berikut.
a.
Masa
Perintisan Terdapat lukisan perkelahian dengan singa. Lukisan tersebut yang
melukis Raden Saleh. Karya raden Saleh banyak sekali antara lain sebagai
berikut:
Ø
Antara
hidup dan mati
Ø
Penangkapan
Diponegoro
Ø
Perkelahian
dengan binatang buas
Ø
Perburuan
Ø
Hutan
terbakar
Ø
Banjir
Ø
Harimau
dan mangsanya
Ø
Merapi
yang meletus
b.
Masa
Mooy Indie
Sepeningggal
Raden Saleh di Indonesia mengalami kekosongan disebut masa mooyindie. Lalu
bermunculan muncul pelukis-pelukis ternama, Abdullah Suryohusodo disekolahkan
ke luar negeri keturunan bangsawan Solo, Abdulloh Suryohusodo disekolahkan ke
luar negeri, yaitu di akademi Kesenian di Eropa kemudian setelah pulang ke
tanah air mulai mengembangkan lukisannya di Indonesia denagan gaya yang
berbeda. Gaya Abdulloh Suryosubroto menekankan keelokan dan keindahan alam di
Indonesia. Pada perkembangan selanjutnya pada masa ini muncul pelukis-pelukis
terkenal lainnya adalah Wakidi, Pirngadi, Basuki Abdulloh, dan Wahdi.
c.
Masa
Cita Indonesia
Perbedaan
karya lukisan antara S.Soedjojono dengan Abdulloh Suryosubroto terletak pada
karyanya. Dimana keindahan yang dibuat oleh Abdulloh Suryosubroto tidak sesuai
dengan kenyataan bangsa Indonesia yang melarat dan menderita, pekukis S.
Sudjoyono kemudian mempelipori lukisan yang bertolak belakang dengan Mooy Indie
yang sesuai dengan penderitaan bangsa Indonesia pada masa penjajahan. Kemudian
mendirikan perkumpulan ahli gambar Indonesia (PERSAGI) yang anggotanya Agus
Jayasuminta, I.Sutioso, Rameli, Abdul Salam, Otto Jaya, S.Sudiarjo, dan lainnya
karya S.Sudjoyono di antaranya sebagai berikut.
Ø
Di
Depan Kelambu Terbuka
Ø
Sayang
Saya Bukan Anjing
Ø
Jongkatan
Ø
Cap
Go Meh
Ø
Mainan
Anak Anak Sunter
Ø
Bunga
Kamboja dan Nyekar
d.
Masa
Pendudukan Jepang
Pada masa
penjajahan Jepang pelukis yang bermunculan kebanyakan dari golongan rakyat
biasa seperti Affandi, Kartono Yudhokusumo, Nyoman Ngedon, Hendra Gunawan, dan
Henk Ngantung.
e.
Masa
Kemerdekaan
Kemerdekaan
adalah masa bergeloranya bangsa Indonesia. Uforia kemerdekaan juga menggelora
dalam darah seni rupa tanah air. Pada masa kemerdekaan, Affandi mendirikan
perkumpulan Seniman Indonesia Muda disingkat SIM. Anggotanya Affandi, Hendra
Gunawan, Suromo, Surono, Abdul Salam, Sudibyo, dan Trisno Sumarjo, para seniman
tersebut menciptakan banyak karya seni berupa lukisan yang sangat menarik dan
indah. Pada perkembangan selanjutnya setelah keluar dari perkumpulan Seniman
Indonesia Muda, Affandi dan Hendra Gunawan mendirikan Peloekis Rakyat.
f.
Masa
seni rupa baru
Pada masa ini,
para pelukis sudah berani menampilkan corak baru dalam penggarapannya. Para
seniman muda baru mulai berusaha menciptakan karya seni rupa yang baru Yanga tidak tergantung pada suatu
media tertentu , dan sudah menggunakan berbagai media untuk menghasilkan
sesuatu yang berbeda. Penerapan konsep-konsep yang tabu sudah di terapkan dalam
lukisannya.
B. PERKEMBANGAN
SENI MUSIK NUSANTARA
Seni musik di negeri kita itu sudah
ada sejak zaman prasejarah jadi bukan hanya di zaman modern saja. Pada
pembahasan kali ini anda akan mempelajari mengenai perkembangan seni musik
Nusantara sejak awal kemunculannya sampai saat ini. Berikut pemaparanya :
1.
Zaman
Prasejarah
Kalau perkembangan seni musik di
Nusantara itu ternyata diawali sejak zaman prasejarah (sebelum abad 1 Masehi),
yaitu kira-kira 2500 sebelum Masehi dan abad ke-1 Masehi. Pada masa tersebut
telah ditemukan berbagai perkembangan kesenian dan kebudayaan termasuk musik
sampai saat ini. Perkembangan musik Nusantara masa prasejarah tersebut bisa
kita lihat dari dua arus imigrasi besar pada masa tersebut, yang dipaparkan
berikut ini.
a.
Imigrasi
Pra-Melayu
Gelombang imigrasi Pra-Melayu ini
terjadi antara tahun 2500 dan 1500 sebelum Masehi yaitu terjadi perpindahan
bangsa dari Asia Tengah ke Asia Tenggara. Imigran masa Melayu tersebut membawa
keahlian dan berbagai unsur dari Kaukasus dan Mongolia. Diantaranya mereka
membawa kesenian kebudayaan bambu serta teknik pengolahan ladang. Para imigran
Pra-Melayu tersebut ketika berada di Annam atau Tiongkok Selatan mulai
memperkenalkan semacam lagu pantun, yang dipraktikkan oleh remaja putra dan
putri dengan bernyanyi secara sahut menyahut. Saat itu juga sudah mengenal alat
tiup bernama Khen. Alat musik prasejarah khen ini terdiri dari 6 batang bambu,
cara membunyikannya dengan ditiup bersama dalam kelompok 3 nada. Alat musik
khen ini ternyata juga sudah dikenal di wilayah Cina Sheng jika di Nusantara
disebut dengan alat musik kledi. Pada perkembangan selanjutnya bermunculan
berbagai alat musik dari bambu seperti suling, angklung, dan sebagainya. Jika
di wilayah Asia tenggara juga muncul alat musik xylofon . Xylofon ini di
berbagai negara namanya berbeda beda, disebut/dinamai sebagai tatung di wilayah
Annam, rangnatdi negara Kamboja, ranatdi negara Thailand, pattalardi negara
Burma, gambangdi pulau Jawa, kolintang di Sulawesi dan Kalimantan. Xylofon ini
kemudian diproduksi lalu diekspor dari Asia Tenggara ke Afrika sekitar abad ke
5 Masehi, sehingga tersebar di seluruh dunia.
b.
Imigrasi
Proto-Melayu
Perkembangan Seni Musik juga dapat
kita lihat pada imigrasi Proto-Melayu pada zaman perunggu yaitu sekitar abad
ke-4 sebelum Masehi. Gelombang imigrasi zaman perunggu ke Nusantara oleh bangsa
Proto-Melayu ini terjadi pada zaman perunggu, sehingga kedatangan mereka
mempengaruhi perkembangan seni musik. Masa tersebut alat musik dibuat dari
bahan logam. Diperkirakan bahwa saat itu telah diciptakan alat musik gong,
karena berdasarkan penelitian para ahli di kawasan Asia Selatan di ketemukan
alat musik gong dari perunggu yaitu didekat Annam, pada tahun 1930-an. Jadi
dapat disimpulkan bahwa dari wilayah Annam inilah kesenian dan budaya perunggu
tersebar ke seluruhkawasanAsia Tenggara.
2.
Zaman
Hindu-Buddha abad ke 4-12 Masehi
Nusantara yang sekarang bernama
Indonesia, negara kita ini dahulunya setelah masa prasejarah kemudian berganti
dengan masa Hindu-Buddha. Karena akibat perdagangan. Para pedagang dari India,
Arab, Tiongkok membawa kebudayaan mereka ke Nusantara. Sehingga terjadilah
akulturasi budaya. Berdasarkan hasil penelitian para ahli ditemukan bahwa agama
Buddha masuk ke pulau Indonesia, di wilayahSumatera pada awal abad ke-7 Masehi.
Sedangkan dalam kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Syailendra sekitar tahun
750-850 Masehi. Seni budaya India yang disebarkan pedagang serta kaum brahman
tersebut membawa pengaruh semangat sangat besar bagi seni dan budaya di
Nusantara. Pada masa penyebaran Hindu-Buddha tersebut di wilayah Jawa
berkembang berupa seni musik dan tari, arsitektur dan seni rupa, pada masa itu
juga dibangun candi Borobudur dan candi Prambanan
Pada masa tersebut muncul tangga nada
slendro yang diciptakan oleh seniman pada masa dinasti Syailendra pada abad
ke-8 Masehi. Dalam nada slendro ini satu oktaf dibagi dalam interval yang sama
(6/5 dari sekon besar) . Pada masa Hindu-Buddha ini seni musik dan budaya Nusantara
sangat dipengaruhi oleh drama Hindu dalam bahasa sansekerta Ramayana.
Berdasarkan dokumen penelitian ternyata waktu orang Hindu datang ke Jawa mereka
telah menemukan bermacam macam alat musik hasil seni imigrasi bangsa Pra-Melayu
dan Proto-Melayu.
3.
Masa
Islam
Setelah kemunduran kerajaan kerajaan
Hindu-Buddha kerajaan Islam Nusantara justru berkembang pesat, begitu juga
dalam bidang seni budayanya. Perkembangan musik masa Islam diawali sejak
kerajaan Demak berdiri pada tahun 1500-1546. Bersamaan masuknya agama Islam
masuk pula alat musik Arab seperti rebana, rebab, dan gambus.
Cara penyebutan atau nama alat musik
akulturasi Islam ini berbeda- beda di daerah seluruh Nusantara. Cara bermainnya
juga agak berbeda. Jika diwilayah Jawa, Bali, Sulawesi Selatan, Sumba disebut
rebab. Sedangkan di daerah Sumba rebab ini disebut Dunggak roro karakteristinya
memakai dua dawai. Kemudian di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Utara, dan Maluku
hanya memakai satu dawai. Berbeda lagi dengan di Aceh yang memakai tiga dawai. Sedangkan
untuk penyebutan nama alat musik rebana berbeda - beda ada yang menyebut dengan
nama terbang, trebang, robana, rabana. Seiring perkembangan musik Islami dari
masa ke masa muncul musik gambus. Jenis musik gambus ini merupakan perpaduan
antara alat musik gitar/mandolin, biola, akordeon, gendang, seruling, bass.
4.
Masa
Kolonialisme
Nusantara ketika masuk dalam zaman
penjajahan atau kolonialisme seni musik mengalami perkembangan. Karena saat itu
kaum kolonialisme seperti bangsa Portugis dan Spanyol yang datang awal ke
Nusantara mulai memperkenalkan berbagai alat musik dari negeri mereka seperti
biola, selo (cello), gitar, seruling (flute), dan ukulele. Kaum kolonialisme
ini ketika di tanah air memperkenalkan sistem solmisasi dalam berbagai karya
lagu. Sehingga masa itu walaupun negeri kita dijajah dan menderita namun dalam
bidang seni musik mengalami perkembangan pesat. Sehingga waktu itu disebut
sebagai masa masa perkembangan musik modern Indonesia. Kemudian, para musisi
Nusantara masa penjajahan mulai menciptakan sajian musik yang merupakan
perpaduan musik Barat dan musik Indonesia sajian musik itu dikenal sebagai
musik keroncong.
5.
Masa
Kini
Setelah Indonesia merdeka sering
perkembangan teknologi musik Nusantara semakin berkembang sangat pesat. Banyak
aliran musik luar negeri baik Asia dan Eropa masuk ke tanah air, seperti
populer, jazz, blues, rock, dan R&B dan yang terbaru ini adalah K-POP
Korea. Kalau negeri India musik bersamaan film menyatu sehingga banyak
masyarakat Indonesia menonton film India juga menikmati musik serta lagunya.
Untuk kemajuan bidang seni musik
Nusantara maka pemerintah mendirikan institusi seni seperti Sekolah Musik
Indonesia (kemudian AMI,sekarang ISI), Yayasan Pendidikan Musik (YMI) di
Jakarta (terutama untuk piano), B.I.Guru Musik (kemudian IKIP, sekarang UP) di
Yogyakarta, Malang, Bandung, dan Jakarta.
C.
PERKEMBANGAN SENI TARI NUSANTARA
Seni tari telah dikenal oleh
masyarakat Indonesia sejak jaman prasejarah. Bahkan jauh sebelum masuk dan
berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia tarian telah dilakukan oleh
masyarakat prasejarah.
1. Masa
Prasejarah/Zaman Primitif
Zaman prasejarah adalah zaman sebelum
sebelum masyarakat di Indonesia mengenal tulisan. Pada masa ini penduduk
nusantara telah mengenal aliran kepercayaan animisme dan dinamisme. Seni gerak
berirama yang kerap dilakukan dalam berbagai acara oleh masyarakat prasejarah
juga dikenal sebagai upacara magis guna berdoa dalam pengharapan. Adapun
berbagai tarian yang disinyalir dikenal oleh masyarakat prasejarah adalah
sebagai berikut Tari hujan, Tari kesuburan, Tari kebangkitan, Tari perburuan,
Tari perang, Tari eksorsisme, Tari Bailita, Tari Dayang Modan, Tari Hudog suku
Dayak.
2. Masa
Hindu-Budha
Pada masa sejarah tepatnya setelah
masuk dan berkembangnya agama Hindu dan Budha perkembangan tari di Indonesia
juga mengalami peningkatan. Selain digunakan sebagai metode pemujaan biasanya
tarian pada masa Hindu-Budha juga kerap disajikan dalam mengajarkan nilai-nilai
kehidupan dalam bermasyarakat. Adapun contoh tarian pada masa kebudayaan
Hindu-Budha antara lain sebagai berikut Tari Topeng Panji, Tari Candra Kirana,
Tari Handoyo, Tari Raton, Tari Klano, Tari Denowo, Tari Tembem, Tari Pentul, Tari
Wayang Wong, Sendratari Ramayana, Sendratari Mahabharata. Beberapa contoh di
atas merupakan hasil kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia yang hingga kini masih
terjaga kelestarian nya.
3. Masa
Islam
Pada masa masuk dan berkembangnya
islam di nusantara perkembangan seni tari di Indonesia memang sedikit banyak
mengalami perubahan meskipun tidak secara signifikan. Selain hal tersebut di
atas, pada masa islam kostum dan busana yang dikenakan oleh penari perlahan
dimodifikasi agar lebih tertutup dan meminimalisir tampaknya aurat para
penarinya. Sebagian lagi syair dan musik pengiring ada pula yang diganti lebih
islami. Adapun contoh tarian pada masa perkemangan islam di Indonesia ialah
Tari Saman dan Tari Zapin. Kedua tari tersebut merupakan jenis tarian yang mengalami
beberapa perubahan dalam pertunjukan nya seperti alat musik pengiring yang
diganti dengan alat musik khas Persia seperti rebana. Syair yang terdapat dalam
lagu pengiring juga ada yang dikolaborasikan menggunakan syair dalam bahasa
arab.
4. Masa
Penjajahan
Ketika Nusantara
di masa feodal atau masa penjajahan kaum kolonialisme, perkembangan seni tari
pada masa ini ditandai dengan bermunculan para pakar tari. Para ahli seni tari
tersebut diantaranya Curt Sach, Soedarsono, Corry Hamstrong, La Mery dll. Pada masa
penjajahan ini seni tari yang diciptakan oleh bangsawan keraton seperti berikut
: Tari Bedhaya, Tari Serimpi, Tari Beksan, Tari Wiring, Dramatari (sendratari).
Masa penjajahan tarian yang muncul kebanyakan bertemakan kepahlawanan / heroik
antara lain : Tari Pejuang, Tari Bandayuda, Tari Prawiroguna, Tari
Keprajuritan.
5. Masa
Modern
Setelah mengalami kevakuman pada masa
penjajahan dunia seni Indonesia khususnya seni tari kembali cerah pada masa
kemerdekaan. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya seniman tari bermunculan
untuk unjuk diri. Kreatifitas-kreatifitas tak terbatas membuat jenis kesenian
yang mengutamakan gerak tubuh ini berkembang cukup cepat.
Pada masa kemerdekaan seni tari tak
lagi sekedar ditampilkan sebagai ritual adat dan keagamaan semata melainkan
keberadaannya telah meluas sebagai hiburan masyarakat dalam berbagai acara baik
acara formal maupun non formal. Modifikasi tari klasik yang dikenal dari masa
prasejarah kemudian menciptakan inovasi baru yang kini akrab disebut sebagai
seni tari modern atau gaya baru. Demikian alur pasang surut seni tari dari masa
prasejarah hingga sekarang. Semoga catatan singkat ini dapat bermanfaat dalam
belajar seni dan budaya Indonesia dan dapat dijadikan sebagai referensi baik
dalam membuat tugas, makalah, artikel, dan lain sebagainya. Jangan lupa
komentar dan tanggapan kamu di kotak komentar pada akhir halaman perkembangan
seni tari di Indonesia ini.
D. PERKEMBANGAN
SENI TEATER NUSANTARA
1.
Teater
tradisional
Perkembangan seni teater tradisional
Nusantara sudah dimulai sejak sebelum masa perkembangan hindu. Ketika itu sudah
mulai ada tanda-tanda penciptaan seni teater tradisional yang fungsinya sebagai
pendukung upacara ritual teater tradisional diciptakan pada dasarnya sebagai
bagian dari upacara adat istiadat dalam tatacara kehidupan masyarakat di
nusantara.
Beberapa teater tradisional Nusantara
yang tercipta, diantaranya wayang kulit, wayang wong, ludruk, lenong, randai,
drama gong, arja, ubrug, ketoprak, dan sebagainya. Salah satu teater
tradisional adalah arja yang ada danasih diperankan dipulau Dewata Bali.
2.
Teater
transisi (Modern)
Teater transisi merupakan sebutan bagi
periode, dimana pada saat teater tradisional mengalami penurunan akibat adanya
pengaruh budaya lain. Perubahan dari teater transisi dengan teater tradisional
terletak pada cerita yang sudah mulai di tulis, namun saat itu wujud ceritanya
masih sangat ringkas outline story(cerita peradegan). Mengenai cara
penyajiannya mulai berubah, yaitu memakai panggung dan dekorasi. Ada pun dalam
teater transisi sudah di perhitungkan mengenai beberapa teknik yang bisa
memperindah dan menarik pertunjukan teaternya. Ciri masa atau periode transisi
mulai mengambil unsur unsur pertunjukan dari teater barat dan diabdosi dalam
teater Nusantara.
3.
Teater
Indonesia tahun 1920-an
Teater di Indonesia sekitar tahun
1920-an disebut dengan angkatan pujangga baru. Teater pada masa angkatan
pujangga baru kelebihannya cukup penting jika dilihat dari sudut kesastraan
sumbangsih angkatan pujangga baru yaitu drama drama sudah ditulis sebagai
ungkapan ketertekanan akibat penindasan pemerintahan Belanda. Pada masa
angkatan pujangga baru, berbentuk sastra drama sudah memakai bahasa kebangsaan,
yaitu bahasa Indonesia sedangkan cara penyusunannya model dialog antar tokoh
dan berbentuk sajak. Penulis lakon lainnya pada masa pujangga baru adalah
sanusipane, hasil karyanya berjudul Kertajaya pada tahun 1932 dan
Sandyakalaning Majapahit ditulis pada tahun 1933. Lakon lakon tersebut ditulis
untuk menyemangati perjuangan para pejuang masyarakat Indonesia dalam melawan
penjajah serta kritikan bagi kekejaman penjajahan.
4.
Teater
Indonesia tahun 1940-an
Teater Indonesia tahun 1940an adalah
saat masa penjajahan Jepang pada waktu itu semua unsur kesenian dan kebudayaan
dipakai untuk mendukung pemerintahan Jepang. Pada situasi penjajahan jepang,
dua orang tokoh yaitu Anjar Asmara, dan Kamajaya, memiliki gagasan supaya
didirikan pusat kesenian Indonesia. Tujuannya adalah menciptakan pembaharuan
kesenian yang selaras dengan perkembangan jaman. Unsur tersebut disetujui oleh
bung Karno dan kaum nasionalis, tepatnya pada tanggal 6 Oktober 1942. Dirumah
bungkarno dibentuklah badan pusat kesenian Indonesia. Pendirian badan
perusahaan kesenian Indonesia bermaksud menciptakan kesenian Indonesia baru,
diantaranya dengan jalan memperbaiki dan menyesuaikan kesenian daerah menuju
kesenian Indonesia baru.
Pada masa penjajahan Jepang segala
bentuk seni hiburan yang berbau Belanda dihapus dari Indonesia disebabkan
pemerintah penjajahan Jepang Anti budaya barat rombongan sandiwara saat itu
kebingungan karena akan dihapus Jepang dan dilarang keliling. Kemudian merubah
cerita dengan mementaskan cerita dalam bahasa Indonesia , Jawa, maupun Sunda.
Akhirnya Jepang kalah dalam perang dunia 2, disaat menjelang akhir pendudukan
Jepang tersebut muncul rombongan sandiwara yang melahirkan karya sastra yang
berarti, yaitu Penggemar Maya(1944) pimpinan Usmar Ismail, dan D.Djajakusuma.
jadi intinya teater tidak sebagai hiburan sematamata tetapi sebagai ekspresi
kebudayaan siswa kesadaran nasional dengan cita cita kemerdekaan republik indonesia.
5.
Teater
Indonesia tahun 1950-an
Masa ini adalah masa setelah roklamasi
kemerdekaan republik indonesia, masa ini tokoh teater merefleksikan perjuangan
dalam teater dengan membentuk cerita bertemakan kemerdekaan, kekecewaan,
penderitaan, keberanian, dan nilai kemanusiaan, penghianatan, kemunafikan,
kepahlawanan tindakan pengecut, keikhlasan, pengorbanan,dll.
Pada masa ini untuk memajukan seni
teater tanah air maka didirikan Akademi Teater Nasional Indonesia(ATNI)
Tepatnya pada tahun 1955 tokoh pendirinya adalah Usmar Ismail dan Asrul sani.
ATNI berusaha mewujudkan teater dengan mementaskan lakon lakon terjemahan dari
barat, contohnya dari karya Moilere, Gogol, chekof.
6.
Teater
Indonesia tahun 1970-an
Perkembangan teater tahun 70-an
ditandai dengan didirikannya pusat kesenian Taman Ismail Marzuki oleh Gubernur
DKI Jakarta yaitu Ali Sadikin. Berdasarkan catatan sejarah perkembangan teater.
Pusat kesenian Taman Ismail Marzuki telah berhasil menerbitkan 67 judul lakon.
Lakon tersebut ditulis oleh 17 pengarang drama teater.
Tokoh teater yang muncul tahun 1970an
diantaranya D.Djajakusuma, Wahyu Sihombing, Pramana Padmodarmaya (teater
lembaga) , Ikranegara (teater saja) , Danarto (teater tanpa penonton), Adi
Kurdi (teater hitam putih) , Arifin C.Noor (teater kecil) , Putu Wijaya (teater
mandiri), N. Riantiarno (teater koma) ,dan Teguh Karya.
7.
Teater
Indonesia tahun 1980 - 1990-an.
Pada masa tahun 1980 - 1990-an kondisi
politik tanah air mencekam akibat peristiwa Malari 1974. Sehingga pemerintah membuat kebijakan
supaya dewan-dewan mahasiswa ditiadakan,kegiatan teater kampus dilarang.Dalam
kondisi tersebut kelompok teater tetap muncul namun dalam bentyk festival
teater,di beberapa daerah Nusantara,diantaranya sebagai berikut Festival Teater
di Jakarta dan Festival Drama Lima Kota di Surabaya.
Pada masa itu juga lahir kelompok
teater baru,diantaranya sebagai berikut :
a) Kelompok
Teater di Kota Yogyakarta. Di kota gudeg Yogyakarta,pada masa tahun
1980-1990-an muncul beberapa teater,antara lain sebagai berikut:
1.
Teater
Dynasti
2.
Teater
Jeprik
3.
Teater
Tikar
4.
Teater
Shima
5.
Teater
Gandrik
b) Kelompok
Teater di Kota Solo ( Surakarta ) Masa itu di Solo juga ada Teater Gidag-gidig.
c) Kelompok
Teater di Kota Bandung. Di kota Bandung muncul Teater Bel, Teater Republik, dan
Teater Payung Hitam.
d) Kelompok
Teater di Kota Tegal Di Tegal lahir Teater RSPD.
e) Kelompok
Teater di Kota Surabaya. kota Surabaya juga muncul beberapa teater, diantaranya
Teater Pavita,Teater Ragil,Teater Api,Teater Rajawali,Teater Insmarang.
f) Di Semarang juga muncul Teater Lingkar.
g) Kelompok teater di kota Medan &
Palembang. Di Medan muncul Teater Que dan di Palembang muncul Teater
Potlot. Di era tahun 80-an dan 90-an
aktifitas teater berkembang di universitas atau perguruan tinggi.Teater kampus
yang terkenal diantaranya: Teater Gajah Mada dari Universitas Gajah Mada ( UGM
) Yogyakarta. Jurusan teater juga mulai di buka di Institud Seni Indonesia (
ISI ) Yogyakarta pada tahun 1985. ISI menjadi satu-satunya perguruan tinggi seni
yang memiliki program Strata 1 untuk bidang seni teater pada saat itu.
8.
Teater
Kontemporer Indonesia
Sejak munculnya eskponen 70 dalam
dunia seni teater. Mulailah seni teater kontemporer Indonesia. Eksponen 70 ini
adalah cara berekspresi teater dengan gaya khas masing-masing tidak dibatasi
kreasinya. Lalu para seniman teater beraliran kontemporer terus berkreasi sejak
tahun 80-an sampai saat ini. Seni teater
lainnya berkembang seperti seni teater konvesional, yang tidak akan mati tetapi
teater eksperimental terus tumbuh. Dunia pentas teater semakin kaya jenisnya
dan atraktif.
Referensi
bermanfaat sekali ka
BalasHapus