Definisi
Tari sebagai Dasar Memahami Makna Tari Tari merupakan salah satu cabang seni
yang menggunakan media gerak tubuh manusia, sehingga seni tari memiliki ciri
media yang berbeda dengan seni-seni lain seperti seni musik dan seni rupa.
Pengertian seni tari secara umum merupakan ungkapan ekspresi jiwa manusia yang
disalurkan melalui gerak yang ritmis, indah dan beraturan yang memiliki makna
dan tujuan tertentu.
Gerak tari berbeda dengan gerak
sehari-hari, meskipun beberapa gerak tari juga terinspirasi dari gerak atau pun
kegiatan manusia sehari-hari. Gerak tari memiliki makna yang berpadu dengan
elemen-elemen lainnya seperti musik, busana, tata rias dan properti, sehingga
gerak tersebut dapat menjadi media komunikasi yang bersifat multikultural dan
juga multilingual. Seni tari bersifat multikultural, artinya kita dapat belajar
memahami berbagai budaya masyarakat melalui sebuah karya tari. Selain itu, perkembangan
sosial dan teknologi kehidupan manusia juga dapat tergambar melalui seni tari.
Dengan menyaksikan sebuah pertunjukan tari, kita dapat mengetahui latar
belakang budaya di seluruh dunia yang memiliki keberagaman.
Saat kita memahami makna tari, kita
dapat menemukan pesan-pesan sosial yang ingin disampaikan oleh seorang
koreografer, serta memahami nilai-nilai budaya yang dianut suatu wilayah tanpa
harus terlebih dahulu mempelajari bahasa yang digunakan oleh daerah
tersebut.Selain seni tari, adapun cabang seni lain yang menggunakan media tubuh
manusia sebagai media komunikasi, seperti teater, senam, pantomin dan pencak
silat, lalu apa perbedaan seni tari dengan cabang-cabang seni tersebut? Hawkins
mendeinisikan bahwa seni tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh
sebuah imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak, sehingga menjadi bentuk
gerak yang simbolis sebagai ungkapan si penciptanya (Hawkins, 2003).
Tari Berdasarkan Fungsi di Masyarakat
Tari adalah sebuah produk budaya yang merupakan kesatuan yang utuh dengan
elemen lainnya, seni tari erat kaitannya dengan cabang seni lain seperti seni
musik dan seni rupa. Setiap karya tari juga memiliki makna tersendiri bagi
masyarakat. Makna pada tari berkaitan dengan pesan-pesan, nilai, dan juga
alasan mengapa tari tersebut dibuat, hal itu tentunya berkaitan juga dengan
fungsi tari. Oleh karena itu makna tari tidak bisa terlepas begitu saja dari
fungsinya di masyarakat.Fungsi tari di Indonesia digolongkan menjadi empat
bagian, yaitu :
1.
Fungsi upacara
Tari memiliki fungsi sebagai sarana upacara yang erat kaitannya dengan
kepercayaan masyarakat, yaitu ritual keagamaan atau kepercayaan seperti
animisme, totemisme dan dinamisme. Contoh tari yang erat kaitannya dengan
ritual keagamaan adalah tari Hudoq dari Kalimantan. Makna tari Hudoq yang
berkaitan dengan fungsinya terdapat pada aspek waktu pelaksanaan tari Hudoq
serta properti yang digunakan. Tari Hudoq tidak dapat ditarikan di sembarang
waktu, tari Hudoqbiasanya dilaksanakan hanya pada saat tertentu seperti saat
memasuki masa tanam padi di ladang. Busana tari Hudoq juga berkaitan dengan
fungsi serta makna tari dalam masyarakat suku Dayak. Busana yang menggunakan
daun pisang melambangkan keabadian, keselamatan, kesuburan dan kesuksesan
(Herjayanti: 2014).
Busana dalam tari Hudoq juga tidak bisa digantikan oleh material lain,
misalnya daun kelapa atau daun singkong, karena makna tari akan berubah dan
fungsi tari sebagai upacara pun menjadi tidak sakral. Keberadaan Hudoq memiliki
makna kebaikan dilihat dari elemen tata busana serta waktu pertunjukannya,
karena Hudoq dianggap dapat menghilangkan wabah-wabah penyakit, baik penyakit
pada tanaman maupun wabah penyakit dan energi buruk pada manusia.Seiring
perkembangan zaman, makna dalam busana itu tidak lagi dianggap penting saat
Hudoq telah berkembang menjadi sebuah tarian hiburan. Busana Hudoq dibuat
dengan daun pisang tiruan yang terbuat dari kain. Hudoq tidak lagi harus
ditampilkan pada kegiatan upacara. Kini Hudoq seringkali ditampilkan dalam
acara-acara hiburan ataupun promosi pariwisata daerah Kalimantan
2.
Fungsi hiburan/pertunjukan
Tari sebagai media hiburan merupakan fungsi tari yang saat ini seringkali
ditemui di masyarakat. Bahkan terdapat beberapa jenis tari yang awalnya
berfungsi sebagai sarana upacara kini beralih fungsi menjadi hiburan, misalnya
Tari Pendet di Bali. Pada zaman dahulu, tari Pendet merupakan tarian pura yang
fungsinya untuk memuja para dewa-dewi yang berdiam di pura selama upacara
odalan berlangsung (Kusmayati dkk, 2003). Makna pendet sebagai tari upacara
nampak pada gerak-gerak maknawi seperti gerak sembah dan menabur bunga sebagai
simbol penghormatan kepada Dewa. Seiring perkembangan zaman, saat ini tari
Pendet kerap kali menjadi hiburan dalam acara-acara promosi pariwisata atau
acara-acara penyambutan tamu.
Tari hiburan awalnya berkembang di lingkungan sosial masyatrakat sebagai
tari pergaulan. Salah satu contohnya adalah tari Doger Kontrak. Doger muncul
pada masa pemerintahan Hindia-Belanda pada tahun 1870-an. Aktualisasi dari tari
Doger di perkebunan mengalami kemajuan pesat sejak diberlakukan Undang-undang
Agraria (Agraris-chewet), untuk memenuhi kebutuhan hiburan di akhir pekan
(Herdiani, 2014).
Seiring perkembangan teknologi yang sejalan dengan kemajuan dalam bidang
pertelevisian dan sosial media, bidang tari sebagai hiburan masyarakat dapat
dengan mudah disaksikan di berbagai stasiun televisi. Saat ini seni tari juga
kerap kali menjadi pendukung pertunjukan lain dalam sebuah penampilan musik,
yang dikenal dengan penari latar. Akibat fenomena tersebut, banyak bermunculan
sanggar maupun perusahaan jasa tari atau yang dikenal dance company sebagai
penyedia jasa tari sebagai media hiburan.Tari bagi senimannya menjadi sebuah
mata pencaharian, sedangkan tari bagi penontonnya memiliki fungsi sebagai media
hiburan. Untuk memenuhi tuntutan pasar, fungsi tari sebagai hiburan maupun
tontonan selalu mengedepankan kualitas serta trend yang berlaku sesuai
zamannya.
Makna tari yang erat kaitannya dengan fungsi saat ini dapat terlihat dalam
desain gerak,musik, busana dan tata rias. Gerak, musik, tata rias dan busana
yang ditampilkan merupakan hasil cipta kreatif dan tidak terpaku aturan-aturan
baku dalam kaidah tari tradisi. Tata rias dan tata busana yang digunakan
merupakan karya kreatif yang bertujuan memanjakan mata penonton (eye cathing)
dengan warna dan bentuk yang unik.
3.
Fungsi sebagai media pendidikan
Fungsi tari sebagai media pendidikan, memiliki pengertian bahwa seni
tari merupakan sarana bagi masyarakat untuk dapat belajar memperoleh
pengetahuan serta nilai-nilai melalui seni tari. Fungsi tari sebagai media
pendidikan salah satunya adalah menjadi materi dalam pembelajaran seni tari di
sekolah, contohnya tari-tari pendidikan untuk anak yang bertemakan lingkungan,
seperti tari Semut dan tari Kupu–kupu, dengan mempelajari tari Kupu-kupu
peserta didik dapat mengembangkan kecerdasan kinestetik dan percaya diri.
Selain itu, peserta didik juga dapat mengetahui disiplin ilmu lain yaitu ilmu
pengetahuan alam yang menceritakan proses metamorfosis ulat menjadi kupu-kupu
melalui tari.
Makna Tari dalam Gerak Tari dan Musik
Gerak dalam tari terdapat dua jenis, yaitu gerak maknawi dan gerak murni.
Gerak murni atau gerak wantah adalah gerak yang disusun dengan tujuan untuk
mendapatkan bentuk artistik (keindahan) dan tidak mempunyai makna-makna
tertentu. Gerak maknawi (gesture) atau gerak tidak wantah adalah gerak yang
mengandung arti atau maksud tertentu dan telah distilisasi, dengan kata lain
dari wantah menjadi tidak wantah (Jazuli, 1994). Contoh gerak murni adalah
gerak “geol” pada tari Jaipong. Contoh gerak murni lainnya yaitu gerak
melompat, atau gerak berputar. Contoh gerak maknawi dalam tari terdapat pada
tari Tani, misalnya seorang petani melakukan gerak tandur atau menanam padi.
Makna dalam gerak tari berkaitan juga dengan ruang. Desain ruang gerak yang
lebar menandakan sebuah kebebasan, ekspresi jiwa yang bebas. Desain ruang gerak
dengan desain ruang yang lebar biasanya terdapat pada tari-tari rakyat atau
pada tarian yang menceritakan tentang rasa bahagia dan keceriaan, misalnya pada
tari “Lenggang Nyai” dari Betawi karya Wiwik Widyastuti. Tari Lenggang Nyai
memiliki tempo gerak yang sedang hingga tempo yang cepat. Ruang gerak yang
lebar memiliki makna kebebasan, sesuai ide garapannya yaitu menceritakan tokoh
Nyai Dasimah yang memilih untuk bebas dari kekangan sosok tuan Edward dan
mengejar cintanyaDesain ruang yang sempit biasanya terdapat pada tari-tari
klasik atau tari-tari yang berkembang di wilayah kerajaan.
Desain ruang sempit tersebut terikat aturan nilai-nilai kesopanan yang
dianut dalam lingkungan kerajaan. Salah satunya tari Gending Sriwijaya yang
merupakan tarian dari Sumerta Selatan. Tarian ini menggambarkan keagungan
kerajaan Sriwijaya. Desain ruang gerak yang sempit dalam garapan tari modern
atau kontemporer dapat juga menggambarkan ekspresi keterkekangan, kesedihan
serta kemalangan. Makna tari dapat dilihat berdasarkan intensitas tenaga dalam
sebuah gerak. Besar kecilnya tenaga dan cara bagaimana dikeluarkan, menentukan
kualitas ekspresi dari bagian setiap gerak (Hawkins, 2003). Tari dengan
intensitas tenaga yang besar dan kuat menggambarkan juga sosok yang kuat dan
gagah sesuai dengan karakter tokoh tarinya, misalnya pada tari Ngremo, intensitas
gerak yang kuat memiliki makna bahwa tokoh yang diperankan menggambarkan
semangat kepahlawanan. Intensitas gerak yang lemah dan lembut memiliki makna
kelembutan dan kebaikan, seperti pada gerak-gerak tari yang menggambarkan sosok
seorang putri kerajaan.
Makna Tari dalam Elemen Musik
Fungsi musik dalam tari dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu musik
sebagai pengiring tari, musik sebagai pemberi suasana tari dan musik sebagai
ilustrasi atau pengantar tari (Jazuli, 1994). Musik dalam tari terdapat dua jenis,
yaitu musik instrinsik dan musik ekstrinsik. Musik intrinsik merupakan musik
yang berasal dari bagian tubuh penari, misalnya berupa nyanyian yang
dinyanyikan oleh penari, tepukan tangan atau suara yang berasal dari properti
tari yang digunakan seperti gelang tangan atau gelang kaki. Contoh tari yang
menggunakan musik intrinsik adalah tari Ratoeh Jaroe, karena dalam tarian
tersebut penari melakukan gerakan sambil menyanyi. Suara hentakan tangan pada
anggota tubuh seperti dada, juga menghasilkan suara sebagai penanda tempo
gerak. Musik ekstrinsik merupakan musik yang berasal dari alat-alat musik
pengiring tari, seperti alat musik pada gamelan Sunda atau Jawa. Pada masa
modern saat ini, musik ekstrinsik dapat berupa audio dari rekaman kaset atau
mp3. Musik pada pertunjukan tari memiliki fungsi yaitu sebagai pengiring tari
dan pemberi suasana pada tari.
Dalam kepercayaan masyarakat tertentu beberapa alat musik memiliki makna
yang berkaitan dengan fungsi tari. Masyarakat tertentu percaya bahwa alat musik
menjadi sarana untuk menghubungkan dunia manusia dengan leluhurnya, contohnya
yaitu alat musik Tarawangsa pada upacara Seren Taun di Sumedang Jawa Barat.
Makna Tata Busana dalam Tari
Dalam sebuah karya tari selain elemen gerak dan musik, terdapat pula elemen
pendukung lain yang tidak kalah penting dalam sebuah karya tari. Elemen
tersebut adalah tata busana atau kostum. Rias Busana adalah segala tindakan
untuk memperindah diri agar terlihat menarik (Lestari, 1993). Tata
busana
adalah segala sesuatu yang dipakai dari kepala sampai kaki. Untuk itu, tata
busana tidak hanya pakaian saja, tetapi juga meliputi elemen aksesori pelengkap
seperti sanggul, hiasan kepala, gelang, kalung dan lainnya. Aksesori adalah
perlengkapan yang menunjang atau melengkapi busana untuk memberikan efek
dekoratif (memperindah) pada karakter atau lakon yang dibawakan (Harymawan,
1993). Semua elemen tersebut sifatnya saling melengkapi untuk menunjang makna
yang ingin tersampaikan dalam sebuah tarian.
Tata busana dalam penerapannya pada seni tari tidaklah sembarangan, karena
harus memperhatikan latar belakang, asal daerah dan cerita dari tarian
tersebut. EleMen tata busana yang berkaitan dengan makna tari dapat dianalisis
berdasarkan bentuk, warna, corak dan material busana yang digunakan.
Makna busana pada aspek bentuk atau desain pola, berpengaruh pada makna
penokohan yang ingin ditampilkan, misalnya desain baju untuk karakter seorang
putri berbeda dengan karakter rakyat biasa. Contohnya adalah karakrer Putri
pada tari Saraswati. Kostum Putri pada tari Saraswati berbeda dengan karakter
angsa yang digambarkan memiliki sayap.Desain yang mewah dengan sentuhan aksen
permata pada kostum maupun aksesori mahkota, menjadi simbol bagi penonton yang
melihat bahwa tokoh tersebut adalah tokoh yang memiliki kelas sosial yang
tinggi atau gelar kehormatan. Sedangkan untuk karakter rakyat pada sebuah
pertunjukan tari, desain atau pola rancangan busana dirancang lebih sederhana.
Biasanya rancangan tata busana untuk rakyat terinspirasi dari busana yang
digunakan masyarakat dalam bekerja sehari-hari, misalnya sebagai pedagang atau
petani. Desain sederhana pada kostum rakyat memiliki makna kesederhanaan Makna
tari dalam tata busana juga dapat diamati berdasarkan warna yang digunakan.
Warna dalam khazanah budaya tradisional memiliki makna tersendiri yang erat
kaitannya dengan kosmologi dunia, yaitu kehidupan dan kematian. Warna putih
melambangkan warna langit atau melambangkan kehidupan, hitam melambangkan warna
bumi dan tanah serta kematian, sedangkan warna merah melambangkan dunia manusia
itu sendiri (Sumardjo,
2016).
Makna tersebut dapat dilihat dalam khazanah budaya masyarakat Batak Toba,
di mana terdapat tiga warna utama yang biasanya tergambar dalam kerajinan
tangan seperti kain ulos, rumah adat, maupun peralatan lainnya. Merah disebut
narara, putih disebut nabotar dan hitam nabirong. Makna dari tiga warna
tersebut yaitu keseimbangan dalam hidup. Oleh karena itu makna warna kain ulos
tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Batak Toba
termasuk pada pertunjukan tari Tor-Tor.Makna tari juga tidak terlepas dari
corak atau motif pakaian yang digunakan. Dalam beberapa tarian Jawa Klasik,
kain batik yang digunakan memiliki makna tertentu yang tidak boleh digunakan
sembarangan. Corak batik tertentu seperti Parang Barong hanya diperuntukan
khusus untuk raja (Prasetyo, 2010). Selain corak yang erat kaitannya dengan
tokohtokoh berdasarkan kelas sosial, terdapat juga beberapa corak kain yang
melambangkan suatu peristiwa, seperti kain batik motif truntum yang digunakan
untuk acara pernikahan.
Material tata busana dalam tari juga memiliki makna terseNdiri. Material
adalah bahan dasar pembuat elemen busana seperti kain, logam atau kulit hewan
dan tumbuhan. Material pada tari memiliki makna khusus sehingga tidak dapat
digantikan oleh material lain, karena akan mengubah esensi makna tarinya.
Contohnya seperti aksesori kepala pada tari Balian Dadas menggunakan bahan dari
anyaman janur daun kelapa. Janur daun kelapa memiliki makna tersendiri bagi
masyarakat Dayak, karena daun kelapa mengandung energi positif yang
menghubungkan manusia dengan leluhur. Makna janur kelapa pada aksesori tari
Balian Dadas, bahwa hendaknya masyarakat Dayak harus selalu menghormati budaya
leluhurnya, jika material daun kelapa ini dihilangkan, maka makna pada tarian
Dadas akan berubah.
Makna tari dalam elemen tata busana dapat dilihat dari aksesori yang
digunakan di kepala. Aksesori kepala melambangkan tokoh yang diperankan seperti
tokoh raja atau ratu yang biasanya memakai aksesori mahkota. Makna aksesoris
dalam tata busana tari juga dapat digunakan untuk menggambarkan sosok fauna
seperti pada tari Merak dan tari Kijang Kencana dengan meniru corak bulu, sayap
sosok hewan yang ditarikan pada desain kostumnya
Makna Tata Rias dalam Tari
Bentuk tata rias dalam tari dikenal dengan tata rias panggung. Tata
Riaspanggung atau stage make up adalah riasan untuk menampilkan watak tertentu
bagi seorang pemeran di panggung. Make up yang biasa digunakan dalam
pertunjukan panggung dapat digolongkan ke dalam corrective make up, style
make-up, dan character make-up (Paningkaran, 2013). Tata Rias panggung pada
umumnya memiliki ciri-ciri yang khas, antara lain, garis wajah yang tajam,
pilihan warna yang mencolok atau kontras dan penggunaan alas bedak yang lebih
tebal (Thowok, 2012).
Hubungan tata rias dengan makna tari dapat dilihat dari aspek bentuk riasan
dan warna riasan. Bentuk riasan dapat terlihat pada bentuk alis, kumis, dan
bibir serta bentuk bayangan tulang (shadding). Aspek warna dapat dilihat dari
warna bibir, warna riasan mata, dan warna alas bedak. Tata rias memiliki makna
tersendiri jika dianalisis dari segi dan bentuk, contohnya pada bentuk tata
rias paes pada tari Jawa ataupun pengantin Jawa. Tata rias paes yang umum
terdapat dalam karya tari adalah Godheg, Godheg memiliki makna ketika manusia
sudah paham tentang asal usulnya dan selalu mengasah budi, maka manusia
diharapkan dapat kembali ke asal dengan sempurna (Yuwati, 2018).
Tata rias menjadi salah satu elemen tari yang dapat menyampaikan ide atau
makna tari yang ingin disampaiakan oleh koreografer, contohnya rias dalam tari
Maung Lugay, tata rias menggambarkan karakter harimau sesuai dengan ide yang
ingin disampaikan. Tata rias juga dapat menggambarkan latar belakang budaya
atau dari mana tari tersebut berasal, misalnya polapola lukisan wajah atau face
painting yang khas pada beberapa daerah, seperti contohnya rias pada tarian
Papua. Motif huruf S atau S terbalik dalam body painting tata rias Papua
memiliki makna dualistik, simbol paradoks laki-laki dan perempuan, langit dan
bumi. Lukisan wajah menggunakan cat dengan bintik-bintik atau garis putih
mengandung makna rohaniah (Sumardjo, 2016).
Makna Tari dalam Elemen Properti Tari
Properti tari memiliki fungsi sebagai sarana
ekspresi estetis, sarana simbolik dan senjata. Pemilihan
fungsi properti itu sifatnya tidak mutlak (Maryono, 2012). Properti tari yang memiliki fungsi dan makna sebagai
senjata, nampak
pada
beberapa jenis tari
seperti tari-tari perang pada suku
Dayak dan Papua, senjata memiliki
makna khusus yang menjelaskan sebuah peristiwa
dalam tari, misalnya peperangan. Properti tari sebagai senjata juga dapat menjelaskan
karakter tertentu, misalnya
properti panah untuk
seorang ksatria. Properti
sebagai sarana ekspresi
terdapat pada beberapa tari
kreasi, misalnya tari Jaipong dengan properti
Kipas.
Contoh lain penggunaan properti
sebagai sarana estetis terdapat pada tari-tari nontradisi atau modern, misalnya pada tarian Gloving. Tari Gloving adalah sebuah tari modern dengan gerak Hip-hop
menggunakan properti sarung tangan yang dilengkapi lampu led, tarian dipertunjukan di panggung dengan tata cahaya yang gelap. Lampu led pada sarung tangan menciptakan keindahan tersendiri dalam pertunjukan tari.
Properti sebagai sarana simbolik terdapat pada tari Topeng Cirebon. Properti topeng
pada tari Topeng Cirebon
memiliki makna yang berbeda pada
setiap karakter properti topeng
yang ditarikan. Makna tersebut berkaitan dengan warna topengnya.
Warna putih pada topeng Panji melambangkan
kesucian, layaknya
bayi yang baru lahir, warna merah pada Topeng Kelana melambangkan angkara murka dan titik puncak dari fase kehidupan.
Properti (property) berarti
alat-alat yaitu sebagai set dan alat bantu berekspresi. Properti merupakan peralatan penunjang
gerak sebagai wujud ekspresial (Hidajat, 2005). Properti bisa berupa alat
tersendiri, bisa
pula bagian
dari tata busana (Sumaryono dan Endo, 2006). Properti menjadi
bagian dari tata busana jika properti tersebut
tidak digunakan untuk menunjang gerak, sarana berekspresi dan penyampaian makna tari.
Sebagai contoh, selendang dapat dikategorikan sebagai tata busana jika selendang tersebut tidak digunakan dalam
menunjang gerak
tari.
Selendang sebagai
properti tari, misalnya jika selendang tersebut
digunakan untuk menari
dan memiliki makna khusus
yang menunjang pertunjukan tari. Contohnya selendang
menjadi bagian dari gerak seblak sampur
dalam tari
klasik.